31 Maret 2010

Sastra Modern :Kepada Langit


(AnakTimika)
Langit, di bawahmu aku terpana. Memandang kagum ke arah hamparan birumu yang dipenuhi awan-awan yang menjelma jutaan bentuk. Dan kala malam menyamarkan birumu, aku tetap mengagumi hamparan hitam penuh bintangmu yang berkelap-kelip menggoda.

Langit, aku cinta kau kala biru penuh awan. Aku cinta kau saat kau menebarkan jutaan bintang bercahaya.

Tapi tenanglah, karena di kala birumu berubah kelabu karena gemuruh awan hitammu, aku akan tetap setia berdiri di bawahmu. Tetap di tempatku mengagumi birumu yang sedang bersembunyi.

Aku juga akan tetap setia di bawahmu, menjadi pengagum setiamu, saat awan mendung menutupi langit penuh bintang, dan hanya menyisakan hitam sejauh mataku memandangmu.

Awan yang menggelayut itu takkan mengurangi kekagumanku padamu wahai langit. Akan kuberi kau kesempatan menumpahkan hujanmu. Kunikmati tiap tetesnya, tetap di bawahmu.

Maka, tumpahkanlah wahai langit.

Aku akan tetap dibawahmu langit, saat kelabu itu kembali berubah biru. Aku juga akan tetap memandangimu langit, sampai hitammu kembali penuh bintang.


Karena aku terlanjur mencintaimu, langit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar