26 Agustus 2009

Suatu malam....


(AnakTimika)

Before anything else, kalian percaya bahwa kita gak 'sendirian' di dunia ini, kan? Ada sebuah dunia pararel, tak kasat mata, yang para penghuninya ada di sekitar kita, dan hanya orang-orang yang dianugerahi kemampuan istimewa yang mampu mendeteksi kehadiran mereka. Sebagian hanya bisa merasakan kehadiran makhlus-makhlus halus ini, sebagian bahkan bisa melihat dengan mata kepala dan bahkan berkomunikasi dengan mereka.

Saya punya seorang kawan yang kebetulan punya kemampuan 'menyeramkan' ini. Eh? Seram? Iya lah, buat saya, kalo boleh milih, saya gak mau punya kebisaan kayak temen saya, si Adityasani ini. Gak mau. Pokoknya ogah.

Pada beberapa kali kesempatan, Adit berbaik hati (baik hati atau jail niat nakutin, ya?) sharing pengalamannya melihat dan bertemu dengan makhluk dunia lain di luar kemauannya. Berikut salah satu kisahnya...

Suatu hari kami bersama rombongan teman SMA melakukan jurit malam di daerah
sukabumi. Aku dan beberapa teman seangkatan kala itu mendapatkan tugas untuk
mengospek calon anggota osis. Teman-teman panitia telah mendapat tugas jaga
di pos-pos tertentu. Malam itu langit terang karena bulan sedang purnama.
Tiap pos jaga diisi maksimal dua orang penjaga dengan tugas menuntun mereka
yang berkeliling malam itu.

Hari-hari sebelumnya saya tidak pernah tau kalo saya memiliki 'bakat' untuk
melihat dan merasakan kehadiran makhluk halus. Pocong, Kuntilanak,
Genderuwo, Kera angin-anginan, dan kerabat halus lainnya hanya saya kenal
dari film.

Malam itu saya menjaga pos dengan Deri yang cukup dikenal dengan kemampuan
mistisnya disekolah kami dulu. Deri menuntun saya ke pos yang akan kami
tempati. Atas saran Deri, kami mengendap-endap agar tidak mengganggu
'lingkungan'. Entah kenapa, sebelum diperintahkan Deri untuk berhenti, saya
malah mengambil posisi untuk duduk di tengah jalan. Deri terkejut dengan
terbata-bata dan menahan volume suaranya, "Dit, jangan disitu.... Lo persis
di samping 'ituu'... it.... ituuu..".

Bulu kuduk saya terbangun. Mata saya dengan reflek mengikuti arah telunjuk
deri.

Di arah kiri kepala saya, tiba-tiba muncul raut wajah yang dipenuhi kapas.
Matanya kosong namun setengah terbelalak. Baunya amis. Sosok ini dibalut
kain kafan penuh. Posisinya segaris lurus dengan saya.

Mendadak disekeliling saya terasa beku. Waktu berhenti. Saya terpaku pada
wajah itu. Didalam hati saya komat kamit berusaha melafal ayat kursi.

Makhluk itu semakin dekat. Setiap sepersekian detik ia melakukan sebuah
lompatan sesuai garis lurus, ke arah saya. Saya memejamkan mata.

Ketika tiba-tiba saya melek kembali, wajah tadi sudah persis di depan saya.

berkain putih, matanya membelalak, beberapa bagian disesaki kapas yang
kotor, baunya anyir.

Saya pingsan......

*
**itu kali pertama saya bertemu pocong, sekitar tahun 2003..menurut eyang
saya, hari itu adalah weton saya. saat itulah pertama kali saya tau, saya
punya kelebihan yang lebih sering terasa sebagai kekurangan.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar