kring... kringg... bunyi HP di dalam tas. Dede mengangkatnya, disebrangnya terdengar suara yang sangat dikenalnya, ini suara Rike.
Rike: De, lo ada waktu ntar? ada yg mau gw omongin. Ntar kita bisa ketemu?
Suara sahabatnya tersebut terdengar agak gemetar dan kalut. Dede melihat jam tangannya.
Dede: Bisa rik, tapi ntar sore aja yah, soalnya gw siang ini ada meeting.
Rike: Ok. di tempat biasa ya.
Dede: Sipp..
Jam demi jam berlalu, dan sampailah Dede di 'tempat biasa' mereka. Dan terpanalah ia melihat seorang wanita yang sangat ia kenal duduk dengan perut sedikit membuncit. Dia berusaha positif thinking aja.
HAMIL! Ah gak mungkin, paling rike gemukan.
Tapi kalo gemukan, kok pipinya tirus begitu.
Ah, mungkin dia sembelit kali. ah udah De, jangan nebak2.
"Rik." sambil menepuk lembut bahu sahabatnya itu.
"De." Rike tersenyum.
"Kamu kemana ajaaa... lama gak kelihatan?" tanyaku setengah penasaran.
Dilihat dari dekat kok ya, emang kayak orang hamil.
"Adalah, membereskan beberapa urusan ini itu." "kamu sehat De? gimana si kecil?"
"Makin pinter dia." "Sering nanyain kamu tuh, kok tante Rike jarang dateng lagi?"
Senyum Rike makin lebar "Iya, gw juga kangen sama dia. ntar deh kalo sempet gw main ke rumah lo."
"Rik, lo ada masalah? lo tau gw khan, lo bisa cerita kapan aja, kalo gag bisa ketemu langsung kan bisa lewat telepon"
"gw tau De, cuman belom nemu waktu yg tepat aja buat cerita, kemaren-maren banyak gw sibuk banget ngurus ini itu..." Lalu sambil mengelus lembut perutnya, Rike berkata "bisa lo lihat sendiri khan gimana gw."
Yakin sudahlah Dede kalo Rike emang HAMIL.
"Kok lo merit gag undang-undang gw sih... Sekarang gitu nih, gag temenan lagi..."
"Siapa bilang gw merit De." Ujar Rike sambil tersenyum sinis.
Dede terkejut mendengar ucapan sahabatnya. "Lho tapi...?"
"Emang kalo hamil harus kawin yah?" tanya Rike menantang.
Setelah itu kedua sahabat itu larut dalam acara kangen-kangenan, sekaligus membahas apa yang terjadi sama Rike dan mengapa ia sampai memutuskan untuk tidak menikah.
Rike dan lelaki itu, hanya bertemu beberapa kali, dan mereka terlibat hubungan yang lebih intim. Sang wanita tidak menyesali itu, termasuk dengan Hamilnya dirinya. Tapi ketika ditanya mengapa dia tidak mau menikah, hanya dijawab,
"Siapa sih yang gak kepingin nikah?"
"Tapi aku gag cinta dia, begitu juga sebaliknya"
"Nikah itu perlu cinta De, bukan karena gw hamil, maka gw harus nikah sama bapaknya nih anak."
Dede terconclang mendengar jawaban sohibnya tersebut. Bagi Dede yang dibesarkan dilingkungan keluarga yang agamis, memiliki suami yag sayang padanya dan seorang anak yg manis, tentu saja tidak mengerti jalan pikiran sahabatnya.
"Tapi Rik, anak lo kan juga butuh bapak.." ujar Dede perlahan.
"Siapa bilang?"
"Anak gw butuh orang tua yang bisa memberikan dia kasih sayang. dan gw rasa gw bisa memberikan semua itu buat dia."
"Buat apa dia punya orang tua 2, tapi orang tuanya gag saling cinta!"
"Lalu gimana pendapat orang tua lo?"
"Ya gw disuruh kawin lah pasti."
"Trus lo bilang apa?"
"Kurang lebih sama lah ama yg gw bilang sama lo" jawab Rike tenang.
"Dan orang tua lo biarin aja gituh"
"Ya gak! tapi pendirian gw udah kuat, gw bisa menafkahi diri gw sendiri"
"Screw Them!!"
"Gw gag butuh, suami, gw gag butuh diceramahin mereka, dan kalo lo juga emang mau nyeramahin gw, gw juga gag perlu nerima itu, lebih baik gw pergi."
"Gak Rik, lo tau gw khan. Gw selalu bisa ngertiin lo." Jawab Dede sambil menahan bahu temannya yang udah beranjak berdiri.
Setelah itu Rike melanjutkan curahan hatinya, Jadi ternyata, ketika dia mengetahui dirinya hamil, dia sudah berfikir masak-masak, apakah dia akan meminta pertanggung jawaban dari sang lelaki, atau tidak. Setelah itupun dia telah menghubungi si Lelaki untuk ngasih tau kalo dia hamil. dan dia tidak meminta pertanggung jawaban, hanya mengabari saja, karena bagaimanapun si Lelaki punya hak atas anak itu. Seperti juga perkiraannya, si Lelaki tidak punya itikad baik untuk mengawini sang wanita (kecuali mungkin kalau dipaksa).
Dede tidak sabar dan memotong pembicaraan temannya, "Tapi lo tau kan resikonya Rik, kalo lo bisa hamil?
"Ya iyalah De, emangnya gw anak TK apa? Gw sadar banget kok"
"Gw berhubungan dengan bertanggung jawab, buktinya adalah gw gag minta di kawinin dan gw gag menggugurkan anak ini"
"I know, It just for fun, what do you expect? a gentleman? nope... I had fun, he had fun, ya udah, selesai"
"mungkin menurut lo itu gag bertanggung jawab, tapi bagi gw itu bertanggung jawab. Kalau gw gugurin itu gag bertanggung jawab, NAMBAH2in Dosa yang udah gw buat. Kalo gw paksa dia kawinin gw, gw juga nambah dosa, sebab gw yakin 100% kalo gw dan dia gag bakalan langgeng, dari pada ntar juga harus cerai, ngabisin biaya, buat kawinnya, buat cerainya, mending gw tabung buat ni anak kelak"
"Kawin itu buat apa sih? demi gengsi? dosa yg udah gw buat juga gag ilang kan, kalo gw kawin sama bapaknya nih anak? jadi nikah bukan jawaban khan?"
"Eh gw gag bermaksud yaaah... Gw juga pengen suatu saat menemukan pria yang bener2 cinta ke gw seperti suami mu itu Tapiii... itu nanti-nanti lah... sekarang nikmati aja dulu..."
"Apalah artinya hidup kita kalo hanya mendengarkan kata orang tapi kita gag bahagia..."
Akhirnya hari sudah semakin malam, dan mereka beranjak dari obrolan soal nikah-nikah itu... kembali membahas hal-hal ringan dan lain-lain. ketika akhirnya tak terasa restorannya sudah mau tutup, Dede mengajak Rike nginep di rumah nya, sekalian temu kangen sama sang buah hati, yang kerap bertanya kemana tante Rike nya...
Pertanyaannya, Kalau anda...
Mending jadi Single Mum sambil mencari cinta yang lain. Tanpa memperdulikan perkataan orang sekitar anda?
Atau,
Menikah dengan sang lelaki walaupun anda tidak cinta dia (atau sebaliknya) dan Menikah Terpaksa hanya karena anda Hamil, tanpa jaminan kebahagiaan maupun kelanggengan dimasa depan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar